Sumber : http://inspirably.com |
Tak
seperti bintang di langit
Tak seperti indah pelangi
Karena diriku bukanlah mereka
Ku apa adanya
Dan wajahku memang begini
Sikapku jelas tak sempurna
Ku akui ku bukanlah mereka
Ku apa adanya
Menjadi diriku
Dengan segala kekurangan
Menjadi diriku
Atas kelebihanku.......
Terimalah aku
Seperti apa adanya
Aku hanya insan biasa
Tak mungkin sempurna
Tetap ku bangga
Atas apa yang kupunya
Setiap waktu kunikmati
Anugerah hidup yang ku miliki
Lirik nasyid “Menjadi Diriku” karya Edcoustic di atas patut
menjadi bahan renungan bagi kita semua. Menjadi
diri sendiri??? Banyak orang yang mengatakan dan menganjurkan untuk “menjadi
diri sendiri”, banyak juga yang mempunyai prinsip untuk menjadi diri sendiri.
Be your self! Jadilah diri sendiri!. Sebenarnya, apa sih
yang dimaksud dengan ‘menjadi diri sendiri’ itu? Haruskah kita menjadi diri
sendiri?
Setiap kita adalah UNIK
Manusia tercipta sebagai makhluk yang unik,
tidak seorang pun manusia yang sama persis antara satu dan yang lainnya, bahkan
yang terlahir kembar identik sekalipun. Kita tidak perlu berkecil hati apabila kita “berbeda” dari orang lain.
Perbedaan tersebut justru mempunyai banyak hikmah. Kalaulah setiap orang sama,
tentu tidak akan muncul kreativitas dan inovasi yang berkembang lantaran setiap
manusia berpikiran dan berpola sama.
Perbedaan yang ada hendaknya dipandang
sebagai sebuah anugerah. Kita tidak akan mungkin mampu melakukan segalanya.
Tapi bukan berarti tak ada satu hal pun yang bisa kita lakukan. Yang jelas,
kenali potensi yang kita miliki untuk melakukan sesuatu yang bisa kita lakukan.
Jangan sampai hal-hal yang tidak bisa kita lakukan menghalangi apa-apa yang
bisa kita lakukan. Yang mesti diingat sekali lagi adalah setiap kita pasti
memiliki kelebihan yang tidak selalu dimiliki oleh orang lain. Sungguh tak adil rasanya ketika kita bersikeras
membandingkan kekurangan kita dengan kelebihan orang lain, kecuali dalam
beberapa hal.
Belajar dari Cermin
Kali ini saya terinspirasi pada sebuah benda
bening yang bernama cermin. Tahu cermin kan? Pasti tiap hari sering bercermin, kan?
Kita bisa belajar banyak dari cermin .
1. Cermin berasal dari
kualitas terbaik, begitu juga dengan
diri kita. (Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, QS. At-Tin : 4).
Bersyukurlah atas apa adanya kita! Karena kita telah diciptakan Allah SWT
dengan sebaik-baiknya, punya kelebihan, tak sedikit juga kekurangannya. Tapi
bagaimana kita menyikapi kelebihan dan kekurangan itu? Kedewasaan kitalah yang
berperan di sana. Kedewasaan dalam menyadari hikmah dalam setiap sudut
perjalanan hidup kita, sampai detik ini. Sudah kenal dengan dirinya sendiri belum nih? Karakternya? Kelebihannya? kekurangannya?? Dan seterusnya. Ingat : “Man ‘arafa nafsahu, ‘arafa rabbahu (Barangsiapa mengenal dirinya, ia akan mengenal
Rabbnya)”
2. Cermin adalah benda yang bermanfaat. Oleh karena itu, jadikan diri kita bermanfaat untuk orang lain. “Khoirunnas anfa’ahum linnas (Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat
bagi manusia lainnya)”. Keimanan, ketaqwaan, dan keshalihan pribadi (kebaikan akhlaq) kita masih
harus disempurnakan dengan memberikan manfaat kepada orang lain. Jangan hanya
menjadi menara gading yang indah dipandang saja, tapi jadilah menara mercusuar
yang juga memberi manfaat bagi sekelilingnya.
3. Cermin tak pernah
berdusta. Cermin mengajarkan kita, jangan berdusta pada
diri kita sendiri, terlebih pada orang lain. Jangan berdalih akan kekurangan
kita. Jadilah apa adanya kita. Kekurangan dalam diri kita hendaknya dijadikan modal untuk
terus memperbaiki diri, sehingga saat kita bercermin, senyum
optimislah yang akan tergambar di sana.
4. Cermin itu perlu
dibersihkan dan dijaga. Kalau tidak
dibersihkan, akan banyak debu yang menempel di permukaan cermin dan kalau tidak
dijaga, cermin bisa rapuh dan pecah. Seperti halnya dengan diri kita. Kalau
kita tidak pandai bersyukur atas anugerah yang diberikan Allah pada kita, kalau
kita tidak bersih dari penyakit hati dan kita jauh dari Allah SWT, kita akan
menjadi sangat rapuh. Ingat dua potensi manusia, FUJUR ataukah TAKWA, itu
adalah pilihan! Oleh karena itu, perbaiki hubungan kita dengan Allah SWT. Jika hablumminallah baik, maka habluminannas juga akan baik, dan Allah
SWT akan memberi kemudahan dalam setiap aktivitas kita jika hanya kita niatkan
untuk mendapat ridho dari-Nya.
AYO SAUDARAKU, MARI BERLOMBA-LOMBA
DALAM KEBAIKAN!!!
FINISHNYA DI SURGA YA!!!
Aamiin…
Hancurkan Belenggu Diri!!!
Sejarah membuktikan bahwa orang-orang besar
adalah orang yang mampu membebaskan dirinya dari belenggu untuk kemudian
melahirkan karya-karya besar. Misalnya, Asy-Syahid Syaikh Ahmad Yasin, seorang
motivator pejuang Palestina yang melawan Israel. Beliau adalah seorang yang separuh
anggota tubuhnya mengalami kelumpuhan sejak usia belasan tahun karena
kecelakaan. Hal tersebut tidak menghalangi dirinya untuk turut memberikan
kontribusi terhadap perjuangan Palestina. Lewat orasinya yang berapi-api dan
pemikirannya yang cemerlang, beliau mampu membangkitkan semangat para pemuda
Palestina. Beliau juga salah seorang deklarator Intifadhah. Beliau bahkan
menjadi musuh yang paling ditakuti oleh Israel. Untuk menewaskannya pun
diperlukan tiga rudal yang ditembakkan dari helikopter Israel. Akhirnya beliau meraih cita tertingginya, menjadi syahid di jalanNya,
yang tidak setiap orang mampu menggapainya. Begitulah, memang dibutuhkan adanya
keberanian untuk mendobrak belenggu-belenggu yang merintangi, yang sebagian
besar berasal dari diri sendiri. Jangan sampai kekurangan kita menjadi hambatan
untuk berprestasi, tapi jadikanlah kekurangan itu sebagai tantangan.
Be A New You!!!
Kembali lagi ke pertanyaan di atas, “Haruskah
kita menjadi diri sendiri?”
Jawabannya, jika hal itu berarti kita bukan menjadi orang lain, maka jawabannya adalah “Ya, kita harus jadi diri sendiri, karena kita bukan orang lain”. Syukuri apa adanya kita, karena inilah anugerah terindah yang Allah berikan pada kita. Namun, jika hal itu berarti kita tetap menjadi diri kita seperti saat ini, maka jawabannya adalah “Tidak, kita perlu berubah dan tidak hanya jadi diri sendiri seperti saat ini. Kita harus lebih baik”. Jangan cepat puas dengan keadaan kita sekarang. Hidup adalah rangkaian proses. Oleh karena itu, teruslah berproses ke arah perubahan yang lebih baik.
Jawabannya, jika hal itu berarti kita bukan menjadi orang lain, maka jawabannya adalah “Ya, kita harus jadi diri sendiri, karena kita bukan orang lain”. Syukuri apa adanya kita, karena inilah anugerah terindah yang Allah berikan pada kita. Namun, jika hal itu berarti kita tetap menjadi diri kita seperti saat ini, maka jawabannya adalah “Tidak, kita perlu berubah dan tidak hanya jadi diri sendiri seperti saat ini. Kita harus lebih baik”. Jangan cepat puas dengan keadaan kita sekarang. Hidup adalah rangkaian proses. Oleh karena itu, teruslah berproses ke arah perubahan yang lebih baik.
Memang, perlu pengenalan potensi diri untuk
mampu melahirkan karya besar. Diperlukan kebesaran jiwa untuk konsisten
menapaki proses panjang keberhasilan. Tak kalah pentingnya, dibutuhkan keberanian untuk mendobrak
belenggu-belenggu rintangan yang sebagian besar berasal dari diri sendiri. Dengan itulah kita mampu
menjadi manusia baru yang produktif. Be a New You!!!
Setiap waktu adalah kesempatan untuk menjadi pribadi baru
Setiap menit adalah modal untuk melejit.
Setiap detik adalah awalan untuk meraih prestasi terbaik.
Jakarta, hari
terakhir di tahun 2015
Aisya Avicenna (ODOJ
330)
Divisi Penulis, Dept.
Promosi, Bidang Promas ODOJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar